Jakarta, Prolkn.id – Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP), Ali Mochtar Ngabalin gagal kembali menduduki kursi Senayan sebagai anggota DPR RI fraksi Partai Golkar di atas kertas. Ngabalin pernah duduk sebagai anggota Komisi I DPR RI pada 2004-2009. Pada Pileg 2024 ini, Ngabalin dicalonkan Golkar di daerah pemilihan Sulawesi Tenggara (Sultra).
Pria kelahiran Fakfak, Papua Barat itu hanya mendapatkan 8.483 suara dari 17 kabupaten/kota di Sultra. Perolehan suaranya terpaut jauh sekali dengan kader Golkar yang diprediksi berhasil mendapatkan kursi dari Sultra, yakni Ridwan Bae.
Ridwan Bae berhasil mengantongi 84.440 suara atau nyaris 10 kali lipat coblosan untuk Ngabalin. Di wilayah lain, sejumlah pendukung/relawan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming juga tumbang di dapilnya masing-masing.
Immanuel “Noel” Ebenezer, misalnya, tumbang meskipun telah dimodali nomor urut 1 oleh Partai Gerindra di dapil Kalimantan Utara (Kaltara). Noel yang sebelumnya relawan Joko Widodo dan pernah diganjar kursi komisaris BUMN itu cuma mendapatkan 27.806 suara. Ia kalah jauh dari caleg nomor urut 2 Gerindra dapil Kaltara, Rahmawati yang meraup 78.186 suara.
Selain itu, Koordinator Nasional “Desa Bersatu”, Muhammad Asri Anas, juga mengalami kegagalan di dapil Banten I dengan hanya meraup 2.833 suara, sangat jauh tertinggal dari caleg Nasdem dapil Banten I, Arif Rahman, yang diprediksi lolos ke Senayan dengan 46.469 suara.
Tak hanya itu, sejarawan Bonnie Triyana yang mencalonkan diri dari PDI-P di dapil Banten I juga belum berhasil melenggang ke DPR RI setelah hanya meraup 36.516 suara, kalah tipis dari caleg PDI-P lainnya, Tia Rahmania, yang menerima 37.359 suara.
Kegagalan beberapa tokoh dan kader partai dalam Pileg 2024 menunjukkan dinamika politik yang kompleks dan kompetisi yang ketat di tingkat nasional, dimana popularitas di masa lalu tidak selalu menjamin kesuksesan dalam mendapatkan dukungan suara di masa sekarang. (*/red)
Sumber:
kompas.com