Batam, ProLKN.id – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Batam meresponse cepat atas kekhawatiran masyarakat khususnya para nelayan terkait lepasnya puluhan buaya dari penangkaran di Pulau Bulan, Kecamatan Bulang, setelah tanggul penangkaran jebol akibat curah hujan deras yang terjadi pada senin (13/01/2025) kemarin.
Dipimpin langsung oleh Wakil Ketua I, Aweng Kurniawan, dan dihadiri oleh sejumlah anggota dari berbagai komisi, para rombongan DPRD Kota Batam melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke lokasi penangkaran pada Rabu sore, (15/01/2025).
Dalam Sidak tersebut dihadiri juga oleh anggota Komisi I, antara lain Anwar Anas, Jimmi Simatupang ST, Dr Muhammad Mustofa SH MH, dan lainnya, serta beberapa anggota Komisi II. Camat Bulang dan Lurah Batu Legong.
Wakil Ketua DPRD Kota Batam Aweng Kurniawan menegaskan, sidak ini dilakukan guna merespon keluhan nelayan yang takut melaut akibat insiden ini, bahkan beliau menerima pengaduan ada nelayan yang terluka akibat digigit oleh buaya.
“Para nelayan ini menggantungkan hidupnya pada laut. Jadi, kita ingin tahu bagaimana tanggungjawab perusahaan dan apa saja upaya-upaya untuk mengembalikan buaya yang lepas tersebut,” ucap Aweng.
Penangkaran buaya di Pulau Bulan ini dikelola oleh PT Perkasa Jagat Karunia (PJK), selain penangkaran buaya terdapat pula peternakan babi yang dikelola PT Indotirta Suaka, kedua perusahaan ini masih dalam satu group yang mengelola lokasi peternakan di Pulau Bulan.
Pimpinan PT PJK Toni Budiharjo menjelaskan bahwa hujan deras telah menyebabkan arus deras yang membuat tanggul di danau sebelah kiri jebol, ada tiga lapis tanggul di keliling dua danau air tawar berkenaan. Danau di sebelah kanan yang lebih luas terdapat sekitar 150 ekor buaya dan di danau sebelah kiri jalan yang lebih kecil terdapat tujuh ekor buaya, kedua danau dipisahkan jalan tanah dan dikelilingi tanggul tembok. Namun danau sebelah kiri terhubung ke sungai yang menuju ke laut.

“Hujan deras membuat air danau meluap dan arus deras sehingga tanggul jebol, kami perkirakan sekitar tujuh ekor buaya lepas namun kami masih akan hitung, apakah yang dari sebelah ini ada juga buaya yang lepas, perlu waktu beberapa hari untuk mengeringkan air danau ini dan menghitung jumlah seluruh buaya,” ungkap Toni.
Toni mengaku tidak dapat mengetahui persis berapa buaya yang lepas selagi tidak dihitung total jumlahnya. Populasi buaya di penangkaran tersebut sekitar 800 ekor lebih. Adapun jenis buaya yang ditangkar adalah crocodile phosphorus, dimana penangkaran dilakukan untuk mengambil kulit reptil berkenaan lalu diekspor ke mancanegara.
“Ada empat ekor buaya yang berhasil kami tangkap. Kami juga terus mencari baik siang maupun malam. Kami sudah berkoordinasi dengan Polsek dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA),” jelas Toni.
Aweng meminta pihak perusahaan penangkaran untuk terus berkoordinasi dengan instansi terkait yakni kepolisian dan BKSDA. Selain itu, segera membenahi penangkaran agar kejadian serupa tidak terulang.

“Populasi buaya ini kan bertambah terus. Tentu penataan dan pengamanan lokasi penangkarannya harus lebih baik. Apalagi usia penangkaran ini sudah puluhan tahun. Kami akan terus awasi ini,” tegasnya.
Sementara itu dikesempatan yang sama anggota Dewan, Kamaruddin dari Fraksi Partai Nasdem, menyarankan agar perusahaan memberikan perhatian lebih kepada nelayan yang terdampak melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
“Kami harap perusahaan dapat menyalurkan bantuan bagi nelayan yang mengalami dampak dari insiden ini, dan kami juga meminta agar nelayan lebih berhati-hati dan tidak sendirian saat melaut,” harap Kamaruddin.
Dengan langkah cepat dan kolaboratif antara DPRD Batam, Perusahaan, dan instansi terkait, diharapkan masalah ini dapat ditangani secara efektif, sekaligus menjaga keselamatan nelayan yang menjadi tulang punggung ekonomi lokal. (Mcn/Leo)