Jakarta, Prolkn.id – Pemerintah Indonesia terus berupaya mengembangkan sumber energi bersih, salah satunya dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini Indonesia sudah memiliki PLTS terapung Cirata yang terletak di Jawa barat dengan kapasitas pembangkit 145 Megawatt (MW).

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu mengatakan, PLTS terapung Cirata merupakan yang terbesar di ASEAN.
“Saat ini Indonesia memiliki 145 MW PLTS terapung di Cirata dan sudah diresmikan, dan PLTS terbesar di ASEAN,” katanya dalam RDP dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta Pusat, Rabu (15/11/2023).
Ke depannya, kata dia, pemerintah bakal memanfaatkan bendungan atau waduk sebagai lokasi PLTS. Ia menyebut potensi PLTS terapung memiliki potensi hingga 14 gigawatt (GW).
“Ke depannya pengembangan PLTS terapung dengan memanfaatkan bendungan atau waduk PLTA memiliki potensi sebesar 14 GW,” lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Jisman menyinggung sumber potensi energi baru terbarukan masih jauh dari lokasi pusat beban penggunaan energi. Sehingga perlu adanya penguatan infrastruktur untuk menyalurkan energi ke pusat beban.
Dalam catatan Kementerian ESDM, potensi PLTS terapung pada danau dan bendungan di Indonesia mencapai 89,36 gigawatt (GW) di 295 lokasi.
“Indonesia berencana mengembangkan supergrid guna meningkatkan konektivitas dan optimalkan potensi EBT di 5 pulau, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, dan Bali. Untuk interkoneksi Sumatera dan Jawa diperkirakan punya panjang 110 km dan memerlukan saluran udara maupun saluran kabel bawah laut bertegangan ekstra tinggi,”
Dengan rincian PLTS terapung di danau sebesar 74,67 GW di 36 lokasi dan PLTS terapung di bendungan sebesar 14,7 GW di 259 lokasi.Jisman menerangkan PLTS lebih banyak dikembangkan karena biaya modal yang relatif lebih rendah dengan pemanfaatan bendungan atau waduk PLTA. Dengan konsep PLTS terapung dianggap sebagai solusi di tengah keterbatasan lahan di daratan.
PLTS sudah dikembangkan dan akan masif pengembangannya pada tahun 2030,” tuturnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Dirjen EBTKE) Kementerian ESDM Yudo Dwinanda Priaadi membeberkan akan ada dua PLTS terapung yang akan beroperasi. Yakni, PLTS Terapung Saguling di Waduk Saguling, Jawa Barat, dan Singkarak di Danau Singkarak, Sumatra Barat.
“Yang terdekat itu sekarang di Saguling, bendungan pertama cascade (bendungan yang dibangun secara berseri) itu dari sungai Citarum, dan satu lagi di Singkarak,” jelasnya dalam keterangan resmi.
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT. PLN (Persero) 2021-2030, PLTS Terapung Saguling akan memiliki kapasitas sebesar 60 megawatt (MW), sedangkan PTLS Terapung Singkarak memiliki kapasitas 48 MW.
Selain itu, berdasarkan RUPTL juga masih akan ada lima PLTS Terapung yang akan dibangun hingga tahun 2030, yakni di Waduk Wonogiri Jawa tengah sebesar 100 MW, Waduk Sutami Jawa Timur sebesar 122 MW, Waduk Jatiluhur Jawa Barat sebesar 100 MW, Waduk Mrica Jawa Barat 60 MW, dan Waduk Wonorejo Jawa Timur 122 MW.
Dalam peringatan Hari Listrik Nasional (HLN) ke-78 tahun 2023, Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo mengungkapkan saat ini harga listrik energi terbarukan lebih kompetitif dengan harga listrik dengan pembangkit fosil. Ia mencontohkan tarif PLTS Terapung Cirata dipatok US$5,81 sen per kilowatt hour (kWh). Tidak jauh berbeda dengan harga listrik dari pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berkisar US$5-8 sen per kWh.
Ketika kita berbicara tentang energi surya dan angin sekarang, harganya mulai dari US$5 sen per kWh. Jadi, ini akan mengurangi penawaran biaya listrik,” ucap DarmawanPLTS terapung dianggap mampu menjadi etalase percepatan transisi energi dalam mendukung pencapaian netralitas karbon di 2060 atau lebih cepat.
Sebelumnya, Darmawan menjelaskan PLTS Terapung Cirata bakal mampu mengurangi emisi karbon sebesar 214 ribu ton per tahun. Ini merupakan proyek strategis nasional (PSN) hasil kolaborasi dua negara yakni Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA), yang melibatkan subholding PLN Nusantara Power dengan Masdar.
Dibangun di atas permukaan air waduk Cirata, PLTS seluas 200 hektare ini akan memproduksi energi hijau berkapasitas 192 megawatt peak (MWp) untuk menyuplai listrik bagi 50 ribu rumah tangga.
Adapun pusat beban yang dimaksud adalah Pulau Jawa. Oleh karena itu Indonesia berencana mengembangkan supergrid untuk meningkatkan konektivitas dan optimalisasi energi baru terbarukan. (*/red)