Batam, Prolkn.id- Saat ini Teknologi kian pesat, semakin berkembangnya teknologi, maka semakin banyak juga kejahatan disekitarnya khususnya dalam dunia siber. Para pelaku kejahatan siber ini sering memanfaatkan sejumlah platform untuk menipu calon korbannya. Termasuk platform pesan WhatsApp, Facebook, Messenger dan layanan email milik Google, Gmail.
Mereka akan menggunakan banyak modus untuk bisa menjerat para korbannya. Perusahaan keamanan siber, Kaspersky merangkum daftar rekayasa sosial yang kerap digunakan pelaku.

Misalnya mengirimkan email atau pesan dari dukungan teknis palsu, serangan email bisnis, dan permintaan data pada lembaga penegak hukum palsu.
Berikut sejumlah modus yang kerap digunakan pelaku penipuan online, dirangkum oleh Tim Prolkn.id Rabu (04/10/2023):
1. Chat dari layanan pelanggan atau tech support
Modus pertama adalah menghubungi karyawan perusahaan mengaku sebagai dukungan teknis (technical support). Panggilan biasanya akan dilakukan pada akhir pekan.
Penipu akan mengatakan adanya aktivitas aneh pada komputer kerja. Mereka akan menawarkan menyelesaikan secara remote atau jarak jauh namun membutuhkan informasi kredensial login karyawan.
2. Chat dari bos atau mitra bisnis
Para pelaku juga akan berusaha menyamar sebagai CEO ataupun mitra bisnis penting. Cara ini bertujuan menguras uang para korbannya.
Modusnya bisa bervariasi, seperti mengirimkan lampiran berbahaya dengan kedok pesan darurat. Rekayasa sosial memiliki peran penting dalam modus membujuk korban mau melakukan apapun yang diinginkan.
3. Email kantor palsu
Mereka disebut juga akan menyamar sebagai karyawan atau orang dalam perusahaan. Para pelaku membutuhkan email asli dan membuat domain mirip untuk mendapatkan kepercayaan korban.
Kejahatan ini akan dimulai dengan membeli basis daya korespondensi email yang dicuri atau bocor di dark web. Caranya juga beragam, misalnya phishing hingga malware serta biasanya terkait memasukkan informasi bank korban.
4. Mengaku polisi atau pihak berwajib lain
Modus ini muncul tahun 2022 yakni meminta data resmi pada ISP, jejaring sosial dan perusahaan teknolog berbasis di Amerika Serikat (AS). Pesan tersebut berasal dari email yang diretas milik lembaga penegak hukum.
5. Modus Penipuan Klik Link
Jika Anda pernah mendapat pesan WhatsApp dari nomor tidak dikenal yang berisi pesan dan tautan tertentu, jangan pernah mencoba mengetuk tautan tersebut jika tidak ingin akun WhatsApp Anda dibajak orang lain atau data pribadi Anda disalahgunakan.
Hindari juga mengetuk tautan yang dikirim oleh kerabat dan grup jika isi pesan tidak jelas dan mencurigakan. Anda tidak pernah tahu apakah akun WhatsApp tersebut milik teman Anda atau telah diambil alih seseorang.
6. Modus Penipuan Minta Tolong
Modus jenis ini sedang marak dalam beberapa bulan terakhir.
Penipu menggunakan foto dan biodata teman atau orang yang Anda kenal, kemudian mengirim pesan orang-orang terdekat meminta tolong dipinjamkan uang dengan bermacam alasan.
Untuk mencegahnya, Anda bisa mencari kejelasan dari sumber tepercaya atau orang yang Anda kenal.
Jika merasa aneh dan tak logis sebaiknya langsung blokir dan laporkan kontak tersebut. Jangan membalasnya dan memberi ruang penipu untuk memperdaya Anda.
7. Modus Penipuan WhatsApp Kode OTP
Kode OTP salah satu jenis modus penipuan WhatsApp yang sering terjadi dengan metode pengelabuan yang bermacam-macam.
Modus yang digunakan pelaku biasanya mengaku-ngaku salah kirim pesan dengan meminta Anda mengirim kode 6 digit khusus di kotak pesan ponsel yang memang dikirim khusus pelaku ke nomor Anda.
Jika Anda memberikan kode OTP yang diminta maka ucapkan selamat tinggal pada akun WhatsApp Anda.
Bahaya lainnya adalah data pribadi Anda seperti rekening bank, kartu kredit, serta KTP bisa dimanfaatkan pelaku untuk tindak kejahatan yang merugikan diri Anda.
8. Modus Penipuan Atas Nama Bank
Modus penipuan WhatsApp yang terakhir adalah modus penipuan mengatasnamakan bank.
Penipu biasanya mengirim pesan dan memberitahukan bahwa Anda menang undian bank atau meminta Anda melakukan pembaruan data pribadi.
Tujuan pelaku adalah ingin mendapatkan akses pin, password, dan username yang biasa Anda gunakan untuk bertransaksi perbankan online.
Agar tidak tertipu, segera blokir dan laporkan nomor WhatsApp penipu. Jika penipu menghubungi Anda via telepon WhatsApp matikan saja telepon tersebut dan tidak perlu menanggapi. Jika ragu, periksa ulang dengan menghubungi nomor resmi bank tempat Anda membuka rekening.
Berbagai kerugian pun banyak dialami korban. Tidak hanya pembajakan akun media sosial tertentu, namun kerugian dalam bentuk materil pun kerap terjadi. Kejahatan dalam dunia siber bisa jadi akan terus muncul dalam modus yang baru dan berbagai jenis lainnya.
Para penipu akan dengan sengaja membuat skenario yang tanpa sadar mengecoh kesadaran kita, bahkan mereka tidak ragu mendesak untuk mendapatkan data dari para penyedia layanan. Jadi kemungkinan permintaan akan dikabulkan jika kasus dianggap masuk akal bagi si korban dengan modus yang kerap digunakan seolah -olah menjadi teman, kerabat atau lembaga penegak hukum, yang semata – mata untuk melakukan penipuan demi mendapatkan keuntungan dari calon korban. Maka dari itu Waspadalah. (Vhi)