Batam, prolkn.id– Singapura terkena imbas krisis energi karena pasokan gas alam dari Indonesia mengalami gangguan sejak bulan Juli 2021.Saat ini sejumlah negara memang mengalami krisis energi ynag dihasilkan ioleh gas alam yang terus menyusut disetiap tahun.
sejumlah negara raksasa negara berkembang , salah satunya dialami oleh Singapura. Krisis energi yang terjadi di Singapura ternyata tak lepas dari keterkaitan dengan Indonesia.
Dikarenakan pasokan energi gas alam dari negara Indonesia ke Singapura mengalami gangguan sejak bulan Juli 2021.
Dikutip dari media Channel News Asia ( CNA) Pada hari Kamis merupakan regulator energi Singapura, Energi Market Autority (EMA).
Singapura merupakan negara di Asia dengan pasar ritel listrik yang sepenuhnya bergantung pada pasokan energi gas alam
Saat ini Indonesia terus mengalami peningkatan pemakaian listrik dari biasanya sehingga menyebabkan berkurangnya pasokan gas alam yang disalurkan ke Singapura.
Selama dua minggu terakhir, harga grosir mengalami volatilitas harga yang lebih tinggi, karena kenaikan harga gas alam cair (LNG) global, permintaan listrik yang lebih tinggi dari biasanya di Singapura dan pasokan gas alam pipa yang lebih rendah dari Indonesia, kata EMA.
Hal itu mengakibatkan pengecer yang tidak memiliki aset pembangkit listrik mereka sendiri dan telah mengunci kontrak dengan pelanggan dengan harga tetap, di bawah tekanan yang luar biasa, meskipun pengecer tanpa aset pembangkitan tersebut membuat kurang dari 5 persen di ruang ritel.
“Itu berarti biaya pengadaan listrik dari pasar berada di kisaran ribuan dolar, sedangkan kontrak ritel dengan pelanggan berada di kisaran 170 hingga 200 dolar, mereka berada di zona merah untuk setiap unit listrik yang terjual,” kata associate director tenaga dan energi terbarukan di IHS Markit, Joo Yeow Lee.
Dia juga menambahkan, perkiraan besarnya kerugian selama 2 minggu terakhir berada di kisaran rendah hingga menengah dua digit juta dolar.
Melansir dari Economic Times, dari total 22 pengecer listrik berlisensi di Singapura, 12 menyediakan listrik untuk konsumen perumahan dan sisanya hanya untuk bisnis.
Kontrak jangka panjang Singapura untuk impor gas pipa dan LNG terkait dengan harga bahan bakar minyak dan minyak mentah, yang pada saat tertinggi dalam beberapa tahun tidak naik sebanyak harga LNG spot.
Meski begitu, kenaikan harga bahan bakar yang stabil selama setahun terakhir ini berdampak pada semua bisnis dan konsumen di Singapura. David Broadstock, rekan peneliti senior dan pemimpin ekonom energi di Institut Studi Energi.
Universitas Nasional Singapura mengatakan harga pasar berjangka grosir yang tinggi berarti bahwa pengecer yang belum melakukan lindung nilai kebutuhan listrik mereka sekarang tidak dapat melakukannya tanpa berkomitmen pada jalur masa depan (yang diharapkan) mungkin tidak ada peluang bisnis yang layak.
Untuk konsumen listrik ritel di Singapura, harga yang lebih tinggi dan persaingan yang lebih sedikit tampaknya mungkin terjadi.
“Dalam hal pilihan ritel untuk pelanggan, itu akan sangat berkurang, karena lebih banyak pengecer listrik keluar dari pasar, kata Lee di IHS.
Dia menambahkan, harga retail di Singapura sedang naik, hal ini bisa dilihat dari penawaran dari retailer saat ini. Tarif diskon sudah turun dari 20+% menjadi kurang dari 10 persen, dan tarif fixed price sudah naik dari 17 sen/kWh menjadi 25 sen/kWh.
Sumber,kompas