Prolkn.id – Kelaparan dan kehausan terus menghantui warga Palestina. Mereka sulit untuk bertahan hidup karena pasokan makanan dan air terus dibatasi oleh pihak Israel.
Dilansir dari Media Turki Anadolu, Kantor Media Gaza melaporkan ada 800.000 warga di wilayah Gaza dan utara Palestina diambang kematian akibat kelaparan dan kehausan. Padahal, dua wilayah tersebut membutuhkan 1.300 truk makanan setiap harinya untuk mengatasi krisis kelaparan.
Israel sengaja melakukan pembatasan itu karena ingin mempercepat laju kelaparan. Mereka ingin membunuh warga Palestina secara perlahan dengan cara menyiksanya.
“Bantuan, perbekalan, makanan dan air terus dicegah masuk wilayah-wilayah tersebut. Militer Israel juga menembaki truk-truk yang berusaha menjangkau wilayah tersebut, menargetkan jaringan pipa dan sumur air minum, serta menghambat semua aspek kehidupan,” bunyi laporan tersebut.
Komunitas internasional Amerika Serikat dinilai bertanggung jawab penuh atas konsekuensi mematikan warga Gaza akibat kelaparan dan kehausan. Mereka dituntut untuk segera menghentikan perang.
Seperti diketahui, Israel terus menutup perlintasan antara Gaza dan dunia luar sejak 7 Oktober 2023. Salah satunya Perlintasan yang dibuka hanya ada di Rafah, itu pun terbatas hanya untuk keluarnya puluhan orang pasien dan korban luka yang memegang paspor asing.
Pada tanggal 24 November 2023, Israel mengizinkan sejumlah kecil bantuan kemanusian memasuki Jalur Gaza. Namun hanya beberapa truk saja yang diperbolehkan masuk dalam waktu satu minggu.
Serangan brutal Israel ke Gaza tidak hanya berimbas pada hilangnya nyawa warga, melainkan juga rusaknya banyak bangunan, fasilitas umum, dan tempat ibadah. Dalam laporan Aljazeera, Israel telah membunuh 24.000 jiwa warga Palestina dalam waktu 100 hari peperangan. Kebanyakan korbannya adalah warga sipil, perempuan dan anak-anak. (*/red)
Sumber:
detik.com