Tanjungpinang, Prolkn.id- Pekerjaan proyek hampir satu bulan dengan melakukan penimbunan jalan pada jembatan di jalan Raja Ali Haji Fisabilillah membuat masyarakat kwatir akan banjir di lokasi tersebut. Dikarenakan parit yang kecil tertimbun didepan perum dan lokasi perumahan Permata kharisma diketahui rawan banjir. Rabu (19/7/23).
Sehingga sejumlah masyarakat berdomisili di area Jalan Raja Haji Fisabilillah Batu 8 atas, mengeluh bahkan para pelaku usaha, di sekitar wilayah menyayangkan dampak pembangunan gorong-gorong atau box culvert yang menutup akses jalan utama sejak tanggal 19 Juni 2023 kemarin, membuat pergerakan ekonomi masyarakat di kawasan itu mengalami penurunan drastis, bahkan ada usaha yang tutup.
Dengan adanya pekerjaan proyek tersebut jalan utama ditutup, sehingga pengguna kendaraan mencari jalan alternatif yang lumayan agak jauh perjalanannya. Dan untuk pemilik usaha di sekitar wilayah tidak bisa di jangkauan warga
Salah satu Warga Batu 8 atas, Benny mengatakan, di Tanjungpinang hanya ada 2 jalan utama yang digunakan seluruh masyarakat Tanjungpinang, salah satunya jalan yang ditutup.
“Seharusnya pembangunan box culvert dilakukan dengan perhitungan waktu yang profesional, dan tidak dilakukan penutupan jalan secara keseluruhan, minimal setengah badan jalan dulu. Sebab ini jalan utama ibu kota Provinsi Kepri. Banyak dampak buruk yang ditimbulkan, terlebih warga pelaku usaha di kawasan itu,” ungkapnya, Rabu (19/07).
Terlihat terlalu seenaknya pihak kontraktor dan pihak-pihak yang terlibat di dalam proyek itu menutup semua badan jalan dengan waktu yang lama. Pihak ini tidak berpikir konsekuensi yang ditimbulkan.
“Untuk itu, kami minta kepada Gubernur Kepri agar dengan bijaksana dapat memberikan solusi, bukan hanya menguntungkan kerja kontraktor, tapi bisa mengimbangi juga pelaku usaha yang merugi dan tak bisa berjualan. Ini jalan utama jangan sesuka hati tutup total. Apa lagi dengan kurun waktu yang lama,” tegasnya.
Ditambahkan lagi oleh salah satu penjual Sop, Aan, yang lapaknya berada di kawasan pembangunan tersebut. Ia mengaku semenjak penutupan jalan dagangannya sepi, tidak ada pengunjung.
“Kondisi seperti ini membuat keluarga kami tambah susah cari makan, tak bisa biaya anak sekolah,” keluhnya.
Begitu juga sejumlah pemilik toko yang berada di kawasan itu, mengungkapkan hal yang sama. Penjualan mereka jauh dari harapan, pada hal para pemilik toko ini punya tanggung jawab untuk membayar gaji karyawan. Intinya semua jenis usaha masyarakat yang berada di daerah ini terancam bangkrut.
Ketika dikonfirmasi ke salah satu pengawas proyek, ia enggan memberikan jawabannya.
“Saya tidak bisa memberi keterangan, karena saya hanya pekerja saja. Kalau untuk media, silahkan langsung ke PU,” pungkasnya.(*/dwi)