Batam, Prolkn.id – Ditreskrimsus Kepolisian Polda Kepri (Kepulauan Riau) berhasil menangkap dua pelaku penyebar hoax soal Ustaz Abdul Somad (UAS) yang diperiksa terkait bentrokan demo Rempang, Batam di media sosial. Dua pelaku yang diringkus yaitu berinisial IS dan BM. (27/09/2023).
Kedua pelaku dijerat dengan pasal Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Penangkapan tersebut berdasarkan dari Surat Perintah Penyelidikan Nomor: Sp. Lidik/121/IX/RES. 2.5./2023/Ditreskrimsus, tanggal 25 September 2023.
IS (52) dan BM (39) ditangkap polisi karena menyebar hoaks atau berita bohong Ustaz Abdul Somad (UAS) diperiksa soal kerusuhan Rempang. Ternyata salah satu pelaku adalah pegawai honorer di salah satu instansi yang ada di Batam, Kepulauan Riau (Kepri).

“Ada dua orang yang diamankan atas penyebaran informasi tidak benar atau hoaks. Merek berinisial BM (39) dan IS (52). BM bekerja sebagai karyawan swasta dan yang satu lagi IS adalah pegawai honorer di Batam,” kata Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Zahwani Pandra Arsyad, di Batam, Jumat (29/9/2023).
Pandra menyebut penangkapan kedua pelaku itu bermula dari patroli cyber oleh Subdit V Cyber Ditreskrimsus Polda Kepri. Kedua menyebarkan hoaks di akun medsos Facebook dan TikTok.
Barang bukti yang berhasil diamankan dari tersangka BM meliputi satu unit handphone merek Redmi Note 8 yang digunakan pelaku untuk mengakses Facebook dan membagikan postingan, serta akun Facebook pelaku beserta hasil unduhan salinan informasi postingan seperti foto, video, dan cerita.
Kabidhumas Polda Kepri menjelaskan, “Berita palsu tersebut berpotensi memicu perasaan kebencian dan permusuhan di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kami mengambil tindakan tegas untuk mengungkap kasus ini.”
“Petugas Subdit 5 Ditreskrimsus Polda menemukan ada dua akun yang menyebarkan mengandung ujaran kebencian berdasarkan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) serta berita palsu melalui platform Facebook dan TikTok. Kemudian mengamankan keduanya di kediamannya masing-masing,” ujarnya. (Dikutip dari detiksumut)
Pandra menyebut, kedua pelaku mengaku tersulut emosi mendapatkan informasi dan kabar tidak benar atas pemeriksaan UAS. Mereka mengaku sebagai penggemar ustad tersebut.
“Karena emosi, mendapatkan informasi tersebut. Lalu tanpa melakukan kroscek keduanya memposting konten mengajak atau memprovokasi orang lain,” ujarnya.
Pelaku BM dan ISW akan dijerat dengan Pasal 45a Ayat (2) Jo. Pasal 28 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik, yang mengatur tentang penyebaran informasi untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan SARA. Ancaman hukuman adalah pidana penjara hingga 6 tahun dan/atau denda hingga Rp 1.000.000.000,00.
Selain itu, mereka juga dijerat dengan Pasal 15 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, yang mengatur tentang menyiarkan kabar yang tidak pasti atau kabar yang berlebihan yang dapat menimbulkan keonaran di kalangan rakyat. Ancaman hukuman adalah pidana penjara hingga 2 tahun.
Terakhir, Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana, yang mengatur tentang menyiarkan berita atau pemberitahuan bohong dengan sengaja yang dapat menerbitkan keonaran di kalangan rakyat. Ancaman hukuman adalah pidana penjara hingga 10 tahun.
“Kami mengajak semua pihak untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan berbagi informasi, serta untuk selalu memeriksa keabsahan informasi sebelum menyebarkannya. Dalam era digital ini, pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang penggunaan media sosial dapat membantu mencegah penyebaran konten provokatif dan berita palsu,” Ucapnya.
Pandra mengajak masyarakat agar bijak menggunakan media sosial. Pandra juga meminta agar masyarakat melakukan pengecekan informasi yang diterima sebelum disebarluaskan.
Kasus ini menunjukkan pentingnya penegakan hukum terhadap penyebaran konten yang bersifat Provokasi bukannya Informatif di media sosial yang dapat menghasut kebencian dan mengganggu ketertiban masyarakat. Tutur Kabidhumas Polda Kepri Kombes. Pol. Zahwani Pandra Arsyad, S.H. M.Si. (*/red)