Batam, ProLKN.id – Proyek pembangunan pabrik kaca Xinyi Group di Rempang Eco City, Batam, Kepulauan Riau, tetap berlanjut meskipun ada berbagai tantangan, termasuk penolakan dari warga setempat. Pemerintah Indonesia menunjukkan komitmennya untuk mempercepat pelaksanaan proyek ini sembari mencari solusi untuk mengatasi permasalahan yang muncul di lapangan.
Proyek yang diharapkan akan memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal ini, diperkirakan memiliki nilai investasi mencapai Rp174 triliun. Proses pembangunan pabrik kaca ini ditargetkan untuk dimulai pada tahun 2025, namun saat ini masih dalam tahap penyiapan lahan dan pembebasan kawasan hutan yang terdampak oleh proyek.

Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi Indonesia, Todotua Pasaribu, menyatakan bahwa investor asal Tiongkok, Xinyi Group, masih menunjukkan minat yang tinggi untuk menanamkan modal di wilayah tersebut. Namun Todotua menekankan pentingnya memperhatikan permasalahan yang muncul dengan warga setempat, yang merasa khawatir tentang dampak pembangunan terhadap lingkungan dan kehidupan sehari-hari mereka.
“Mereka masih punya interes, permasalahan dengan warga tempatan juga harus kita pikirkan, kita lihat saja kapan,” ungkapnya kepada awak media di acara groundbreaking pabrik hilirasi timah PT Batam Timah Sinergi, Jumat (24/01/2025)
Sebagai respons terhadap penolakan yang ada, pemerintah berupaya melakukan dialog dengan masyarakat untuk mencari solusi yang berkelanjutan dan menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ini merupakan langkah penting agar proyek ini dapat berjalan dengan lancar dan mendapatkan dukungan dari masyarakat lokal.

Selain itu, pemerintah juga berkomitmen untuk memastikan bahwa pelaksanaan proyek ini tidak merugikan lingkungan serta memperhatikan aspek sosial dan ekonomi warga setempat.
Keberadaan pabrik kaca ini diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar Rempang. Dengan potensi besar yang dimiliki, proyek ini tidak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasar kaca di Indonesia, tetapi juga untuk memperkuat posisi Batam sebagai salah satu pusat industri di kawasan Asia Tenggara.
Pabrik kaca Xinyi Group di Pulau Rempang, Kota Batam, Kepulauan Riau, merupakan Proyek pabrik kaca terbesar kedua di dunia. Pabrik ini akan memproses pasir silika menjadi kaca apung, kaca mobil, kaca arsitektur, dan kaca panel surya. Investasi Xinyi Group rencananya akan meliputi 10 proyek besar yang akan dilaksanakan secara bertahap.
Proyek lainnya adalah industri kaca float, industri silikon industrial grade, polisilikon, pemrosesan kristal, serta industri sel dan modul surya, termasuk infrastruktur pendukungnya. Total lahan yang akan dikembangkan dalam proyek ini mencapai 8.142 hektare dari total area Pulau Rempang yang seluas 17.600 hektare.
Namun, tantangan yang dihadapi tidak bisa diabaikan. Komunikasi dan pendekatan yang transparan antara pemerintah, investor, dan masyarakat harus terus dibangun agar semua pihak merasa terlibat dalam proses pengambilan keputusan. Ini menjadi kunci utama untuk meminimalisir konflik dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi investasi.
Dengan demikian, proyek pabrik kaca Xinyi Group di Rempang Eco City menjadi contoh yang menarik tentang bagaimana investasi asing dapat diupayakan untuk berjalan seiring dengan kepentingan masyarakat setempat. Kesuksesan proyek ini akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah dan investor untuk berkolaborasi dan menciptakan solusi yang saling menguntungkan.
Harapan akan masa depan yang lebih baik melalui proyek ini menjadi harapan bersama, yang diiringi dengan komitmen untuk menjaga lingkungan dan kehidupan sosial masyarakat.
(Vhi/Tim)